Orang tidak suka mengakui bahwa mereka perlu berubah. Dan jika mereka bersedia mengubah hal tentang diri sendiri, biasanya mereka memfokuskan pada perubahan-perubahan yang kosmetik sifatnya
“Kita dapat mengubah seluruh hidup kita dan sikap orang-orang di sekililing kita hanya dengan mengubah diri kita”~ Rudolph Dreikurs.Mungkin itulah sebabnya mengapa Emerson mengatakan, “Orang selalu siap menjalani kehidupan namun tidak pernah hidup”. Namun siapapun yang ingin hidup di dunia yang lebih baik harus bersedia mengubah dirinya sendiri. Psikiater Rudolf Dreikurs, direktur Alfred Adler Institute of Chicago, menyimpulkan, “Kita dapat mengubah seluruh hidup kita dan sikap orang-orang di sekeliling kita hanya dengan mengubah diri kita”.
Mengapakah orang begitu ragu berubah? Saya percaya bahwa ada orang yang percaya bahwa seharusnya mereka mengejar tujuan tertentu karena alasan tertentu —- sekalipun itu tidak cocok dengan karunia serta talenta yang dimilikinya. Dan jika mereka tidak bekerja di bidang di mana mereka memiliki kekuatan, pasti prestasi mereka tidak baik. Yang lain tidak sadar dan bahkan tidak tahu apa saja kekuatannya. Seperti yang dinyatakan oleh Ben Franklin, “Ada tiga yang sungguh keras: baja, berlian, dan mengenal diri sendiri”. Namun ada juga orang yang menghambat dirinya sendiri.
Saya pernah membaca sebuah artikel tentang juara catur berkebangsaan Perancis di abad kesembilan belas bernama Alexander Deschapells. Ia adalah pemain catur yang hebat, yang cepat menjadi juara di wilayahnya. Namun ketika persaingan menjadi semakin ketat, ia memutuskan bahwa ia hanya bertanding jika lawannya mengambil salah satu pion Deschapelles baru mengambil langkah pertama. Dengan demikian, ia takkan tampak buruk apapun yang terjadi. Jika ia kalah, ia dapat mengatakan bahwa posisinya kurang menguntungkan, Jika ia menang, ia akan tampak jauh lebih pandai. Hari ini, para psikolog menyebut cara berpikir seperti itu sebagai Deschapelles Coup.
sumber: Buku Failling Forward karya John. C. Maxwell